KULIAH TAMU PRODI D3 FARMASI “MEMBANGUN KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF KEFARMASIAN”

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehiduapan sehari-hari di rumah tangga, ditempat pekerjaan, dipasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Berkembangnya pengetahuan manusia dari hari ke hari karena komunikasi. Komunikasi juga membentuk sistem sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dari itu komunikasi dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.

Dalam Kuliah Tamu yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 November 2021 terdapat 2 narasumber yang memiliki segudang pengalaman dalam hal komunikasi yaitu Ibu Siti Nur’Aeni, S.Sos.I., M.I.Kom menyampaikan tentang “Tingkatkan Kualitas Diri dengan Skill Publik Speaking” dan Ibu apt. Yovita Mercia, M.Si tentang “Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kefarmasian” dan Ibu apt. Ani Anggriani, M.Si selaku moderator. Kuliah Tamu tersebut dilaksanakan untuk membekali mahasiswa/i D3 Farmasi, hal ini dikarenakan ruang lingkup kerja seorang Tenaga Teknis Kefarmasian akan selalu berhadapan dengan orang lain, baik itu pasien, masyarakat maupun tenaga kesehatan tentunya harus memiliki skill dalam hal komunikasi.

Dalam kuliah tamu ini ibu Siti Nur’Aeni, S.Sos.I., M.I.Kom menyampaikan Komunikasi yaitu tentang siapa, bicara apa atau pesan yang disampaikan, media/channel apa, kepada siapa, dan efeknya apa???Apakah pesan yang disampaikan komunikator sesuai apa yang diterima oleh audience.

Public speaking adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan secara lisan tentang sesuatu hal atau topik dihadapan banyak orang. Public speaking merupakan rumpun keluarga ilmu komunikasi dimana mencakup berdiskusi, berdebat, pidato, memimpin rapat, moderator, MC dan presenter serta kemampuan seseorang dapat berbicara di depan public, kelompok maupun perseorangan yang perlu menggunakan strategi dan teknik berbicara yang tepat.

Dalam hal menguasi public speaking harus didasarkan pada “Latihan” bukan bakat. Ilmu public speaking bisa mengantarkan siapa saja menjadi Rock Star dalam apapun bidang pekerjaannya. Berbicara di depan umum bukan hanya sekedar berdiri di depan orang, lalu bicara melalui microphone. Tetapi mampu membuat semua orang mendengar, percaya, lalu mau melakukan apa yang kita inginkan.

Calon Tenaga Teknis Kefarmasian selain dibekali ahli dalam public speaking, tetapi juga harus ahli dalam bidangnya yaitu kefarmasian. Untuk melengkapi keahlian seorang Tenaga Teknis Kefarmasian, Ibu apt. Yovita Mercia, M.Si memberikan pengalamannya selama menjadi seorang praktisi di Apotek. Dalam kuliah tamu tersebut beliau terlebih dahulu menyampaikan sejarah pelayanan kefarmasian.

Periode Pelayanan Farmasi terbagi menjadi 3 yaitu periode tradisional, periode transasional, periode farmasi klinis.

Periode tradisional yaitu pembuatan dan pengolahan sediaan farmasi (dispensing). Dalam periode ini terdapat bahan-bahan kimia di dalam ruangan racikan, dikarenakan tugasnya membuat dan mengolah sediaan farmasi, resep-resep yang muncul yaitu bahan baku obat. Tidak lama dari itu dunia mengalami dampak revolusi industri yaitu periode transasional yang dimana berdampak kepada dunia farmasi, sehingga terpisah kegiatan farmasi antara di bidang industri obat dan di bidang penyedia/peracik obat (apotek).

Dalam periode transasional yaitu semua proses pembuatan obat dilakukan diindustri farmasi. Dan di apotek melakukan distribusi dan beberapa dispensing. Pada periode ini fungsi apoteker tidak terlihat, maka muncullah periode farmasi klinis.

Periode Farmasi Klinis yaitu melakukan distribusi dan farmasi klinis yang mengarah pada dispensing dan konsultasi. Hal ini dikarenakan, obat adalah senyawa racun sehingga dalam penyerahan obat ke pasien harus disertai informasi dari seorang apoteker atau yang dapat disebut dengan konsultasi. Pada awalnya prinsip dalam kefarmasian yaitu drug oriented (Hanya membuat obat saja) kemudian berpindah ke Patient oriented (memastikan obat yang diberikan ke pasien aman, tidak membahayakan jiwa), dan berpindah lagi ke Pharmaceutical Care/Asuhan Kefarmasian (Farmasis bertanggung jawab terhadap hasil penggunaan obat yang digunakan oleh pasien). Pemaparan lengkap dari Ibu Siti Nur’Aeni, S.Sos.I., M.I.Kom dan Ibu apt. Yovita Mercia, M.Si dapat disimak di Youtube Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana. Jangan lupa subcribe, like dan share.